terpaksa

untuk ex..
mungkin kamu heran aku memblokir kamu.
bukan kamu, lebih tepatnya semua akun sosial mediamu.
bahkan facebookmu.
kamu gak salah lihat, aku memang memutuskan semua akses silaturahmi kita.
kalau kamu bertanya kenapa? tahan dulu pertanyaanmu itu.
masih ingat kan kamu dulu awal kita bersama, aku masih mengingat cintaku sebelum kamu.
iya itu yang aku rasain, kebersamaan kita gak singkat.
ngelupain kamu itu gak mudah, bukankah semakin aku berusaha melupakanmu, disaat yang sama aku juga sedang mengingat kebersamaan kita.
aku sadar sekali aku sudah gak punya rasa buat kamu.
tapi ternyata masih ada sedikit yang tersisa.
sedikit itu yang tanpa sengaja terbuka kemarin kemarinya lagi.
sedikit itu yang menyakiti diriku lagi dan lagi.
ketika kita bersama dengan seorang yang kita sayang, tak sepatutnya kita memikirkan orang lain bukan?
itulah yang aku rasakan.
aku lelah ketika kamu tanpa sadar terlintas dipikiranku.
jangan bohong, kamu sendiri masih sering melihat aktivitasku kan.
jika memang tidak, lantas mengapa kamu sangat fasih menyindirku dalam beberapa kesempatan bincang kita.
kita sudah lama berpisah, setengah tahun atau satu tahun atau satu tahun setengah?
terserahlah perhitungan mana yang kamu pakai.
selama itu pula aku sering bertindak munafik dengan mengatakan aku tak lagi menyukaimu.
tapi kini aku jujur, aku tak punya rasa padamu.
aku berhenti berkata "seandainya", aku sadar semua sudah berlalu.
ketika tanpa sadar rasa yang tertinggal itu membuka luka lagi, aku menyerah.
menyerah untuk berpura-pura bisa berdamai denganmu, sebagai teman, setidaknya sekarang dan beberapa waktu kedepan.
aku harus memutuskan silaturahmi kita.
agar aku tak merasakan luka lagi jika kamu ingin tahu.
aku tak terlalu yakin kamu akan membaca ini, tapi biarlah ini ada.
aku sedang menghukum diri sendiri atau dirimu?
entah yang mana,.
aku sudah terlalu terbiasa tanpa dirimu,.
tapi bukan berarti semudah itu menghapus kenangan kita.
kenangan-kenangan itu biarlah tersimpan, tak lagi menjadi bayang-bayangku.
hingga nanti aku bisa menceritakannya pada suami dan anak-anakku dengan gelak tawa.
aku cukup lelah, lelah menangis karena kamu.
aku lelah berjuang karena berjuang sendiri itu melelahkan. harusnya kamu tau.
mohon maklumi pilihanku untuk memutuskan silaturahmi kita, bukan untuk selamanya.
sampai nanti hatiku tak lagi memiliki sedikit saja rasa sakit jika bertemu dirimu.
aku tak pernah mengingkari janjiku,.
jika tiba harinya nanti, aku pasti datang padamu dengan sebuah undangan.
seperti yang kamu minta.

0 Ocehan:

Posting Komentar

 
Aku dan Duniaku Blog Design by Ipietoon